LUPIS, CENIL DAN KLEPON YANG MULAI
MENYEMPIT
Oleh:
Wiji Ani Fitria
Selain terkenal dengan kota
pendidikan, Malang juga terkenal dengan jajanannya yakni mulai dari jajanan yang tradisional hingga yang modern.
Penikmatnyapun dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dari
pelajar sekolah hingga mahasiswa. Saat ini sedang gencar-gencarnya jejaring
sosial menjadi media promosi hal hal baru salah satunya untuk makan. Untuk
memperkenalkan sebuah jajanan tidak sesulit dulu, terlebih sekarang teknologi berkembang
pesat. Hal baru apa yang tidak bisa diposting di
media sosial? Lalu bagaimana kabar jajanan trasidional seperti cenil, lupis,
klepon beserta kawan-kawannya yang sudah dikenal sejak jaman kolonial Belanda? Jajan yang dulunya terkenal dengan
kekhasan rasa dan aroma pedesaan ini masihkah banyak peminat dan penjualnya? Lupis
dan cenil misalnya, jajanan ini banyak dijual di pasar-pasar tradisional dengan pembeli yang
mayoritas orang dewasa. Lupis dan cenil ini memiliki tekstur yang kenyal saat
digigit karena berbahan dasar tepung beras. Dengan tambahan kelapa parut saat
menyantapnya menjadikan jajanan ini terasa lebih gurih. Terlebih lagi dengan
tambahan gula merah yang sudah dicairkan menambah kelezatan jajanan ini. Berbeda
lagi dengan klepon, jajanan yang satu ini memiliki bentuk yang bulat dan
berukuran sedikit kecil. Sensasi yang diberikan oleh jajanan ini terletak pada
saat gigitan pertama yakni cairan manis yang memuncrat dan meleleh di dalam
mulut karena gula merah yang menjadi isi dari jajanan yang kebanyakan berwarna
hijau ini. Seperti lupis dan cenil ,
klepon juga disantap dengan taburan parutan kelapa yang gurih.
Dilihat
dari segi rasa, jajanan ini tidakm jauh berbeda dengan jajanan-jajanan modern
yang dijual di pusat perbelanjaan bahkan di cafe. Hanya saja dari segi
kemasan jauh berbeda karena para penjual jajanan
tradisional masih
menggunakan daun dan kertas sebagai pembungkus. Jajanan yang seharusnya
dilestarikan sebagai salah satu budaya kota Malang ini mulai menyempit dari sudut
kota karena persaingan pasar yang makin hari makin tinggi seiring merebaknya jajanan modern
yang didirikan oleh kebanyakan muda-mudi Malang, membuat pelanggannya mulai
beralih.
Muda-mudi Malang saat ini sangat menggandrungi jajanan-jajanan ala luar negeri (kebarat-baratan) yang mulai banyak menghiasi sudut
kota. Memanglah, dari segi harga jajanan modern ini terbilang lebih mahal. Selain mahal, maraknya postingan-postingan di media sosial menjadikannya tenar dan banyak
peminat. Disamping itu, usaha makan milik muda-mudi ini juga menyediakan tempat dan
suasana yang nyaman sehingga wajar jika khalayak umum mulai berpindah tempat. Berbeda
dengan jajanan yang mulai bergeser keberadaannya yaitu tempat dan suasana yang
masih kurang nyaman bagi khalayak umum, terlebih lagi bagi muda-mudi masyarakat
Malang.
Kehadiran
jajanan modern lambat laun menggeser keberadaan jajanan khas Malang ini.
Bagaimana tidak, khalayak umum lebih suka mengeluarkan isi dompet di tempat tempat yang
lebih menarik dibandingkan di pasar tradisional atau di pinggir jalan. Terlebih lagi muda-mudi
generasi penerus bangsa yang seharusnya bisa mempertahankan kebudayaan dan
warisan kota Malang justru mulai mempelajari budaya lain dan mulai mencampurkan adukkan
keduanya. Tidakkah miris dengan keadaan seperti ini ? Lalu, dimana rasa kecintaan terhadap
budaya? Siapa yang akan meneruskan dan melestarikan jajanan yang menjadi ciri
khas Malang ini?
Seharusnya
dengan adanya media sosial bisa menjadi alat bantu agar jenis jajanan ini bisa bertahan dan lebih banyak
peminat serta penjualnya. Salah satunya dengan membuka tempat makan atau cafe
bergaya modern yang menyediakan menu jajanan khas Malang. Dengan begitu, jajanan tradisional khas Malang ini tidak akan punah dan juga
agar para calon generasi penerus lebih menghargai dan mencintai budaya Malang, bukan malah mempromosikan jajanan ala
kebarat-baratan yang
bukanlah menjadi budaya masyarakat Malang sendiri.
Seharusnya
masyarakat Malang bangga karena memiliki ciri khas jajanan dan mulai berlomba-lomba untuk memperkenalkannya ke sektor yang lebih luas, luar kota
bahkan luar negeri. Pemerintahpun tidak ketinggalan andil dalam pelestarian jajanan
khas Malang ini, misalnya dengan menggelar festival-festival jajanan khas Malang setiap tahunnya. Dengan
demikian jajanan ini akan tetap diminati semua kalangan di era apapun dan hingga
kapanpun sebagai salah satu jajanan khas dari kota Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar